Transformasi Bitcoin dari aset digital yang volatil menjadi instrumen keuangan yang kredibel bisa segera mencapai tonggak sejarah.
Menurut analis Deutsche Bank, Marion Laboure dan Camilla Siazon, cryptocurrency terbesar di dunia mungkin akan menjadi bagian dari cadangan bank sentral pada tahun 2030.
Dalam catatan penelitian terbaru, para analis mengatakan Bitcoin semakin bertindak seperti emas, menunjukkan volatilitas yang berkurang, likuiditas yang lebih tinggi, dan pasokan yang dapat diprediksi. Mereka berpendapat bahwa fitur-fitur ini menjadikannya cocok untuk manajemen neraca jangka panjang.
Perlu dicatat bahwa kedua aset tersebut mendapatkan manfaat dari investor yang ingin mendiversifikasi dari dolar AS dan ekuitas tradisional.
Secara khusus, harga emas telah naik lebih dari 50% pada tahun 2025, menandai kenaikan tahunan tercepat sejak tahun 1979. Goldman Sachs kini memperkirakan harga akan mencapai $4,900 per ons, mengutip permintaan yang terus-menerus dari lembaga-lembaga negara.
Analis mengatakan bahwa pola ini sekarang meluas ke Bitcoin karena perusahaan dan institusi keuangan mulai memperlakukannya sebagai penyimpan nilai jangka panjang.
Kepercayaan Institusional terhadap Bitcoin Sedang Meningkat
Misalnya, perusahaan seperti Strategy, yang dipimpin oleh Michael Saylor, telah menjadi pendukung utama Bitcoin sebagai aset strategis. Perusahaan ini telah menjadikan Bitcoin sebagai bagian sentral dari strategi neraca keuangannya, langkah yang telah menginspirasi perusahaan lain untuk mengikuti jejak tersebut.
Analisis dari Deutsche Bank percaya bahwa tren yang berkembang ini dari treasury Bitcoin membantu melegitimasi aset tersebut di mata investor global. Normalisasi Bitcoin dalam portofolio institusional menandai langkah signifikan dalam evolusinya dari spekulasi ke alokasi strategis.
Meskipun Bitcoin tidak memiliki dukungan fisik, para analis berpendapat bahwa hal yang sama dapat dikatakan untuk emas. Perbedaan kunci, mereka catat, terletak pada pasar kripto yang semakin matang.
Dengan volatilitas pada level terendah dalam beberapa tahun dan likuiditas yang berkembang, persepsi terhadap Bitcoin di kalangan pembuat kebijakan dan investor sedang berubah.
Bank Sentral Menjelajahi Diversifikasi Selain Emas
Selama dekade terakhir, bank sentral, terutama di negara-negara berkembang, telah secara bertahap meningkatkan cadangan emas mereka. Langkah ini berfungsi sebagai perlindungan terhadap ketidakstabilan geopolitik dan melemahnya dolar AS.
Laporan Deutsche Bank menunjukkan bahwa Bitcoin bisa segera memainkan peran serupa dalam portofolio bank sentral. Seiring meningkatnya kepercayaan pasar dan matangnya regulasi, para analis melihat aset digital melengkapi cadangan tradisional seperti emas dan mata uang asing.
Akhirnya, laporan mencatat sebuah paradoks menarik: sementara S&P 500 telah naik hampir 15% tahun ini, modal terus mengalir ke aset ‘safe-haven’ seperti emas dan Bitcoin. Ini mencerminkan semakin hati-hati di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Analis Deutsche Bank Melihat Bitcoin Muncul sebagai Cadangan Bank Sentral pada tahun 2030
Transformasi Bitcoin dari aset digital yang volatil menjadi instrumen keuangan yang kredibel bisa segera mencapai tonggak sejarah.
Menurut analis Deutsche Bank, Marion Laboure dan Camilla Siazon, cryptocurrency terbesar di dunia mungkin akan menjadi bagian dari cadangan bank sentral pada tahun 2030.
Dalam catatan penelitian terbaru, para analis mengatakan Bitcoin semakin bertindak seperti emas, menunjukkan volatilitas yang berkurang, likuiditas yang lebih tinggi, dan pasokan yang dapat diprediksi. Mereka berpendapat bahwa fitur-fitur ini menjadikannya cocok untuk manajemen neraca jangka panjang.
Perlu dicatat bahwa kedua aset tersebut mendapatkan manfaat dari investor yang ingin mendiversifikasi dari dolar AS dan ekuitas tradisional.
Secara khusus, harga emas telah naik lebih dari 50% pada tahun 2025, menandai kenaikan tahunan tercepat sejak tahun 1979. Goldman Sachs kini memperkirakan harga akan mencapai $4,900 per ons, mengutip permintaan yang terus-menerus dari lembaga-lembaga negara.
Analis mengatakan bahwa pola ini sekarang meluas ke Bitcoin karena perusahaan dan institusi keuangan mulai memperlakukannya sebagai penyimpan nilai jangka panjang.
Kepercayaan Institusional terhadap Bitcoin Sedang Meningkat
Misalnya, perusahaan seperti Strategy, yang dipimpin oleh Michael Saylor, telah menjadi pendukung utama Bitcoin sebagai aset strategis. Perusahaan ini telah menjadikan Bitcoin sebagai bagian sentral dari strategi neraca keuangannya, langkah yang telah menginspirasi perusahaan lain untuk mengikuti jejak tersebut.
Analisis dari Deutsche Bank percaya bahwa tren yang berkembang ini dari treasury Bitcoin membantu melegitimasi aset tersebut di mata investor global. Normalisasi Bitcoin dalam portofolio institusional menandai langkah signifikan dalam evolusinya dari spekulasi ke alokasi strategis.
Meskipun Bitcoin tidak memiliki dukungan fisik, para analis berpendapat bahwa hal yang sama dapat dikatakan untuk emas. Perbedaan kunci, mereka catat, terletak pada pasar kripto yang semakin matang.
Dengan volatilitas pada level terendah dalam beberapa tahun dan likuiditas yang berkembang, persepsi terhadap Bitcoin di kalangan pembuat kebijakan dan investor sedang berubah.
Bank Sentral Menjelajahi Diversifikasi Selain Emas
Selama dekade terakhir, bank sentral, terutama di negara-negara berkembang, telah secara bertahap meningkatkan cadangan emas mereka. Langkah ini berfungsi sebagai perlindungan terhadap ketidakstabilan geopolitik dan melemahnya dolar AS.
Laporan Deutsche Bank menunjukkan bahwa Bitcoin bisa segera memainkan peran serupa dalam portofolio bank sentral. Seiring meningkatnya kepercayaan pasar dan matangnya regulasi, para analis melihat aset digital melengkapi cadangan tradisional seperti emas dan mata uang asing.
Akhirnya, laporan mencatat sebuah paradoks menarik: sementara S&P 500 telah naik hampir 15% tahun ini, modal terus mengalir ke aset ‘safe-haven’ seperti emas dan Bitcoin. Ini mencerminkan semakin hati-hati di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.