#美联储货币政策 Sejarah selalu sangat mirip. Melihat kembali ke masa lalu, setiap penyesuaian kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (FED) telah memicu gelombang di pasar seperti riak. Sekarang, ekspektasi penurunan suku bunga sekali lagi memicu kontroversi, membuat saya tidak bisa tidak teringat pada situasi setelah krisis keuangan 2008. Saat itu, kebijakan pelonggaran kuantitatif yang dipimpin oleh Bernanke menjadi penyelamat pasar, tetapi juga menanamkan risiko inflasi di masa depan.
Sekarang, kita kembali berada di persimpangan yang serupa. Sikap hati-hati Hamak dan ketidaksetujuan Goolsbee terhadap pemotongan suku bunga mencerminkan perbedaan pendapat di antara pengambil keputusan. Ini mengingatkan saya pada tahun 2018, ketika Powell baru menjabat, ia juga menghadapi dilema serupa. Saat itu, kekhawatiran berlebihan pasar terhadap kenaikan suku bunga akhirnya memicu jatuhnya pasar saham di akhir tahun.
Namun, pandangan CEO Galaxy benar-benar membuat saya terkesan. Perubahan kebijakan yang mungkin dibawa oleh ketua baru The Federal Reserve (FED) bisa saja menjadi katalis untuk gelombang bull market berikutnya. Ini mengingatkan saya pada pertengahan 2019, ketika sikap The Federal Reserve (FED) tiba-tiba beralih menjadi dovish yang menyebabkan lonjakan itu.
Sejarah mengajarkan kita bahwa dampak kebijakan The Federal Reserve (FED) sering kali muncul dengan keterlambatan, dan sering kali disertai dengan reaksi pasar yang tak terduga. Baik tekanan inflasi maupun pertumbuhan ekonomi, memerlukan kita untuk melihat dengan perspektif yang lebih jangka panjang. Bagaimanapun, dalam pasar yang berubah dengan cepat ini, hanya dengan memahami pola sejarah kita dapat berdiri kokoh di tengah gelombang masa depan.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
#美联储货币政策 Sejarah selalu sangat mirip. Melihat kembali ke masa lalu, setiap penyesuaian kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (FED) telah memicu gelombang di pasar seperti riak. Sekarang, ekspektasi penurunan suku bunga sekali lagi memicu kontroversi, membuat saya tidak bisa tidak teringat pada situasi setelah krisis keuangan 2008. Saat itu, kebijakan pelonggaran kuantitatif yang dipimpin oleh Bernanke menjadi penyelamat pasar, tetapi juga menanamkan risiko inflasi di masa depan.
Sekarang, kita kembali berada di persimpangan yang serupa. Sikap hati-hati Hamak dan ketidaksetujuan Goolsbee terhadap pemotongan suku bunga mencerminkan perbedaan pendapat di antara pengambil keputusan. Ini mengingatkan saya pada tahun 2018, ketika Powell baru menjabat, ia juga menghadapi dilema serupa. Saat itu, kekhawatiran berlebihan pasar terhadap kenaikan suku bunga akhirnya memicu jatuhnya pasar saham di akhir tahun.
Namun, pandangan CEO Galaxy benar-benar membuat saya terkesan. Perubahan kebijakan yang mungkin dibawa oleh ketua baru The Federal Reserve (FED) bisa saja menjadi katalis untuk gelombang bull market berikutnya. Ini mengingatkan saya pada pertengahan 2019, ketika sikap The Federal Reserve (FED) tiba-tiba beralih menjadi dovish yang menyebabkan lonjakan itu.
Sejarah mengajarkan kita bahwa dampak kebijakan The Federal Reserve (FED) sering kali muncul dengan keterlambatan, dan sering kali disertai dengan reaksi pasar yang tak terduga. Baik tekanan inflasi maupun pertumbuhan ekonomi, memerlukan kita untuk melihat dengan perspektif yang lebih jangka panjang. Bagaimanapun, dalam pasar yang berubah dengan cepat ini, hanya dengan memahami pola sejarah kita dapat berdiri kokoh di tengah gelombang masa depan.