Ada pasti nuansa suku yang terjadi di sini juga. Orang-orang saling menukar keluaran AI seperti kartu dagangan, terjebak dalam gelembung filter mereka sendiri. Efek penyempitan? Sama seperti bergabung dengan fandom mana pun sebenarnya—pikirkan Swifties, tetapi sekarang twist-nya adalah bahwa aktor non-manusia yang menulis buku pedoman budaya dan menetapkan norma-norma.
Kami menyaksikan AI menjadi penulis utama dari apa yang dapat diterima, apa yang sedang tren, apa yang dibagikan. Algoritme tidak hanya merekomendasikan konten lagi—mereka secara aktif membentuk nilai-nilai komunitas dan identitas kelompok. Itulah bagian liar yang belum siap diproses oleh siapa pun.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
8 Suka
Hadiah
8
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
FantasyGuardian
· 10jam yang lalu
Wah, benar-benar luar biasa bahwa AI bisa menulis naskah budaya.
Lihat AsliBalas0
TradFiRefugee
· 10jam yang lalu
Estetika yang dihasilkan oleh AI semakin seragam, benar-benar luar biasa.
Lihat AsliBalas0
DeFiAlchemist
· 10jam yang lalu
ngl ini hanyalah transmutasi algoritmik dari modal sosial dalam skala besar... hasil dari identitas tribal semakin konyol, dan tidak ada yang bahkan menghitung imbal hasil yang disesuaikan dengan risiko atas agensi mereka sendiri lagi. protokol yang mengatur preferensi kita telah menjadi lebih kuat daripada preferensi itu sendiri—itu adalah momen batu filsuf di sana.
Lihat AsliBalas0
CafeMinor
· 10jam yang lalu
AI menjadi pemimpin opini baru, tetapi tidak ada yang ingin mengakuinya.
Lihat AsliBalas0
NFTRegretful
· 11jam yang lalu
Saya rasa inilah yang paling menakutkan, AI bahkan mulai mendefinisikan apa itu "keren".
Ada pasti nuansa suku yang terjadi di sini juga. Orang-orang saling menukar keluaran AI seperti kartu dagangan, terjebak dalam gelembung filter mereka sendiri. Efek penyempitan? Sama seperti bergabung dengan fandom mana pun sebenarnya—pikirkan Swifties, tetapi sekarang twist-nya adalah bahwa aktor non-manusia yang menulis buku pedoman budaya dan menetapkan norma-norma.
Kami menyaksikan AI menjadi penulis utama dari apa yang dapat diterima, apa yang sedang tren, apa yang dibagikan. Algoritme tidak hanya merekomendasikan konten lagi—mereka secara aktif membentuk nilai-nilai komunitas dan identitas kelompok. Itulah bagian liar yang belum siap diproses oleh siapa pun.