Putaran terbaru fluktuasi pasar Aset Kripto yang tajam sekali lagi menyoroti perbedaan strategi antara investor institusi dan investor ritel, fenomena pergeseran kepemilikan ini sering dianggap sebagai salah satu sinyal bahwa pasar mungkin akan segera mencapai titik terendah dan mengalami rebound.

Saat harga Ethereum mengalami penurunan besar, pemegang institusi terbesar, BitMine, tidak hanya tidak menjual, tetapi malah meningkatkan kepemilikan ETH senilai ratusan juta dolar. Ketua BitMine, Tom Lee, bahkan menganggap penurunan kali ini sebagai kesempatan langka untuk merestrukturisasi pasar dan masuk.

Pasar Bitcoin juga menunjukkan tren serupa. Data menunjukkan bahwa di tengah suasana ketakutan yang meluas, IBIT dari BlackRock menjadi satu-satunya ETF Bitcoin spot AS yang mencatat aliran dana bersih masuk, mencerminkan bahwa investor institusi sedang memanfaatkan saluran ETF untuk menyerap di level rendah.

Data di blockchain semakin mengonfirmasi tren ini. Setelah beberapa peristiwa besar terjadi, banyak koin utama termasuk Chainlink, Uniswap, dan Dogecoin menunjukkan fenomena akumulasi besar. Meskipun pasar derivatif XRP mengalami likuidasi besar-besaran, data di blockchain menunjukkan bahwa para investor ritel secara diam-diam menambah kepemilikan XRP senilai 25,4 miliar dolar.

Laporan terbaru yang dirilis oleh Deutsche Bank memberikan penjelasan dari perspektif makroekonomi mengenai perilaku ini dari investor ritel. Laporan tersebut menunjukkan bahwa Bitcoin secara bertahap dipandang sebagai emas digital, mirip dengan emas tradisional, yang sedang menjadi alat penting untuk melindungi dari ketidakpastian makroekonomi dan devaluasi mata uang.

Perbedaan antara perilaku institusi dan investor ritel, serta masuknya investor institusi secara aktif di masa pasar lesu, mungkin menandakan bahwa pasar Aset Kripto sedang mendekati titik dasar fase. Namun, investor tetap harus berhati-hati dan memperhatikan pergerakan pasar serta risiko potensial.